I. PENDAHULUAN
Wilayah Kabupaten Kampar dan sekitarnya memiliki lahan pertanian (lahan kering) dataran menengah-tinggi yang luas dan subur dengan kondisi iklim yang mendukung untuk tumbuhnya berbagai jenis tanaman pertanian hortikultura, terutama kentang yang bernilai ekonomis tinggi. Sebagian dari potensi sumberdaya lahan ini sekarang merupakan "lahan tidur" yang belum dapat dikembangkan dan diolah secara lebih intensif oleh pemiliknya untuk menghasilkan komoditas yang ekonomis tinggi. Tiga kawasan potensial bagi pengembangan usahatani kentang adalah Kecamatan Salo, Kecamatan XIII Koto Kampar, dan Kecamatan Gunung Sahilan.
Salah satu kendala serius yang saat ini dihadapi oleh pemilik lahan adalah keterbatasan modal usaha dan tingginya harga sarana produksi pertanian. Khusus dalam hal agribisnis kentang, ternyata harga bibit yang berkualitas tinggi sangat tinggi ditinjau dari kemampuan petani.
Wilayah pedesaan Kabupaten Kampar, Riau memiliki tenaga kerja yang sangat banyak dengan kualifikasi agraris yang cukup baik. Sebagian besar dari mereka ini sekarang sedang mengalami dampak krisis ekonomi, yaitu kesulitan mendapatkan pekerjaan di luar sektor pertanian dan terbatasnya kesempatan kerja di sektor pertanian tradisional.
Memperhatikan potensi potensi yang ada di wilayah Riau seperti yang disajikan di atas, maka perlu dijalin kerjasama kemitraan antara Petani/buruh tani - Perguruan Tinggi - Pemerintah Daerah, dalam memanfaatkan potensi lahan untuk memproduksi komoditas kentang unggul yang sangat diperlukan oleh penduduk. Model kemitraan seperti ini dapat dituangkan dalam kegiatan "PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENGEMBANGAN KAWASAN SENTRA PRODUKSI KENTANG DI KAWASAN KABUPATEN KAMPAR".
II. TUJUAN
Tujuan utama dari kegiatan ini ialah mengembangkan model pembangunan Kawasan Sentra Produksi yang didukung oleh Pengusaha Tani sebagai pengelola usaha agribisnia berbasis kentang di wilayah pedesaan Riau.
Secara lebih spesifik tujuan ini dapat dirinci sbb:
1. mengembangkan potensi alam yang ada dengan memproduksi hasil pertanian yang belum ada di Riau sekitarnya.
2. Meningkatkan peran serta Perguruan Tinggi dalam ikut serta memberdayakan ekonomi rakyat melalui pengembangan Kawasan Sentra Produksi Kentang yang dicirikan oleh tiga macam kegiatan usaha ekonomi rakyat, yaitu (1) Industri pembibitan kentang, (2) usaha budidaya kentang, dan (3) Koperasi permodalan bergulir.
3. Meningkatkan pendapatan petani kecil/buruh tani dan masya¬rakat pedesaan melalui kegiatan usaha agribisnis yang berbasis komoditas kentang rakyat.
4. Menciptakan lapangan usaha bagi warga masyarakat pedesaan , yaitu (1) budidaya kentang secara intensif, (2) usaha tani pembibitan kentang.
5. Menciptakan lapangan usaha dan kesempatan kerja yang dapat diakses oleh angkatan kerja pedesaan yang kehilangan pekerjaan akibat dampak krisis ekonomi.
III. RUANG LINGKUP
1. Konsep Agribisnis
Sistem agribisnis merupakan kegiatan yang kompleks yang dimulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling berkaitan satu sama lain. Dalam agribisnis terdapat subsistem yang terdiri dari : a) sistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi dan pengembangan sumberdaya pertanian, b) subsistem produksi pertanian atau usahatani, c) subsistem pengolahan hasil hasil pertanian atau agroindustri dan d) subsistem pemasaran hasil hasil pertanian.
Penyediaan dan penyaluran sarana produksi mencakup semua kegiatan yang meliputi perencanaan, pengolahan, pengadaan dan penyaluran sarana produksi untuk memperlancar penerapan teknologi dalam usaha tani dan memanfaatkan sumber daya perta¬nian secara optimal. Teknologi yang dimaksud adalah teknik-teknik bercocok tanam, penggunaan bibit baru yang lebih baik, penggunaan pupuk dan pestisida. Disamping itu dalam kegiatan pra usaha tani dalam agribisnis yaitu pemilikan tenaga kerja, pemilikan sarana produksi yang tepat dan efisien. Untuk mendorong terciptanya sistem agribisnis yang dinamis, khusus¬nya yang menunjang terlaksananya usaha tani yang baik dan menjamin pemasaran hasil pertanian serta pengolahan hasil pertanian diperlukan jasa dari pemerintah dan kelembagaan seperti jasa transportasi, jasa keuangan, jasa penyaluran dan perdagangan serta jasa penyuluhan. Sektor jasa akan menghu¬bungkan aktivitas subsistem yang terkait dalam agribisnis.
Pengembangan agribisnis haruslah diawali dengan perencanaan yang terdiri dari perencanaan lokasi, komoditas, teknologi, pola usaha tani beserta skala usahanya untuk mencapai tingkat produksi yang optimal. Oleh karena itu dalam tingkat pengola¬han hasil, diperluas dan diperbaiki dari pengolahan sederhana sampai dengan pengolahan lanjut yang laku di pasaran yang lebih luas. Dalam subsistem pemasaranpun harus berubah yaitu dari pemasaran tradisional lokal, diperluas sampai ke region¬al dan ekspor. Untuk maksud tersebut diperlukan ketrampilan manajemen pemasaran, informasi pasar dan promosi.
Dalam kegiatan agribisnis haruslah banyak-banyak menerima informasi pasar untuk input maupun output. Agribisnis merubah dan meningkatkan usaha tani yang bersifat lokal, mikro menjadi usaha tani yang lebih besar dan luas berskala usaha yang lebih besar; dapat menjangkau ruang lingkup yang lebih luas. Se¬hingga membutuhkan modal yang besar dan ini akan bersaing dengan usaha lain. Agribisnis yang masih dalam tahap awal dan perkembangan membutuhkan dukungan dan pembinaan berupa pen¬didikan dan pelatihan serta kemitraan usaha.
Pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis bertujuan : 1) menarik dan mendorong sektor pertanian, 2) menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien dan fleksibel; 3) menciptakan nilai tambah; 4) meningkatkan penerimaan devisa; 5) menciptakan lapangan kerja dan 6) memperbaiki pembagian pendapatan. Sedangkan wawasan agribisnis itu sendiri memperhatikan : a) aspek lingkungan; b) permintaan; c) sumberdaya dan d) teknologi.
Lingkungan yang mendukung berupa iklim bisnis akan mendorong dan mengambangkan agribisnis. Iklim bisnis berupa tersedianya kebutuhan kebutuhan yang saling terkait satu sama lain, dan saling membutuhkan. Sehingga komponen-komponen didalamnya aktif bekerja secara fungsional. Disamping itu iklim bisnis akan terjadi dengan adanya pengaruh dari luar yang secara langsung menyentuh aktivitas produksi maupun pemasaran.
Permintaan pasar sangat berpengaruh terhadap pengembangan agribisnis. Mekanisme pasar dan perubahan permintaan didalam¬nya akan mempengaruhi volume kegiatan agribisnis. Adanya permintaan secara lokal maka agribisnis itu relatif kecil dan apabila permintaan sudah meluas sampai regional, nasional dan ekspor maka volume kegiatan agribisnis itu makin besar. Dengan demikian ada korelasi antara besarnya kegiatan agri¬bisnis dengan luasnya dan mekanisme permintaan.
Tersedianya sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumber¬daya buatan manusia, sebagai modal dasar dalam mengembangkan agribisnis. Kecukupan akan sumberdaya, maka pengembangan agribisnis tergantung pada kemampuan manusia untuk memanfaat¬kannya. Kemampuan itu diwujudkan dalam bentuk teknologi yang diciptakannya.
2. Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA) .
Secara garis besar tujuan KUBA dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1) tujuan intern KUBA
a) memenuhi kebutuhan para anggo¬tanya;
b) menyediakan kesempatan kerja;
c) meningkatkan pendapatan para anggotanya;
d) menghemat biaya pemasaran;
e) media pendidikan untuk para anggotanya;
f) mengurangi kerugian para anggota (efisien);
g) mengembang¬kan cita cita para anggotanya;
h) sebagai media pendidikan bagi para anggotanya dibidang usaha;
i) KUBA dapat menyebar luaskan hasil hasil pembangunan dan dapat meningkatkan parti¬sipasi masyarakat dalam pembangunan.
2) tujuan ekstern KUBA
KUBA dapat memberi manfaat bagi masyarakat sekitarnya, dan dapat mengangkat tingkat perekonomian masyarakat kecil menja¬di tingkat perekonomian lebih atas.
Dari tujuan tersebut maka kegiatan KUBA hendaklah sejalan dengan pola pembangunan pertanian pada umumnya. Dalam Tri Matra Pembangunan Pertanian mengandung 3 aspek yaitu:
a) Wilayah terpadu yaitu keterpaduan antar sektoral, subsektoral pusat dan daerah; dan antar badan usaha, petani KUBA dengan Badan Usaha Swasta, petani KUBA dengan Badan Usaha Negara;
b) Komoditas terpadu, yang didasarkan pada skala prioritas komoditas di sustau wilayah dengan mempertimbangkan keterpa¬duan dengan penyediaan sarana produksi proses produksi, penanganan pasca panen, pengolahan agroindustri pemasaran;
c) Usaha terpadu, yaitu keterpaduan yang diarahkan pada usahatani dalam satu kesatuan kelompok, petani, kesatuan hamparan wilayah yang memenuhi skala ekonomi yang menguntung¬kan, kesatuan wilayah dan komoditas dalam rangka mencapai tingkat pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga usaha yang layak.
Perguruan Tinggi mengadakan pembinaan kepada KUBA yang dalam hal ini para pengurus dan anggotanya menurut bidang usaha masing-masing. Petani maju/kontak tani sebagai kader pemban¬gunan (pertanian) berfungsi sebagai penyuluh dan pembina petani dan masyarakat sekitarnya.
Petani anggkota KUBA sebagai plasma yang menerima teknologi dari KUBA. Perguruan Tinggi juga dapat mengadakan monitoring dan mengadakan evaluasi keberhasilan Program dengan mengguna¬kan ukuran ukuran tertentu.
3. Faktor yang mempengaruhi pembinaan KUBA
Membina KUBA berarti memberikan teknologi (IPTEK) baru yang diharapkan dapat diterima dan diterapkan oleh para anggota dan pengurus KUBA. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepa¬tan proses penerimaan innovasi adalah:
a) sifat innovasi,
b) saluran komunikasi yang digunakan,
c) keadaan masyarakat (KUBA) yang akan menerima innovasi,
d) peran penyuluh,
e) jenis pengambilan keputusan.
Teknologi innovasi yang akan di innovasikan kepada KUBA hendaklah mempertimbangkan persyara¬tan yaitu dari segi teknis, sosial dan ekonomi. Segi teknis bahwa teknologi mudah dilaksanakan oleh penerima; segi so¬sial, tidak bertentangan dengan kaidah kaidah atau norma masyarakat yang ada dan segi ekonomi, memberi keuntungan.
Saluran komunikasi mempengaruhi cepat lambatnya teknologi itu sampai pada obyek dengan metoda komunikasi yang tepat maka pesan itu dengan mudah diterima. Metoda komunikasi yang tepat di daerah pedesaan adala face to face atau kunjungan lang¬sung ke obyeknya. Kondisi masyarakat di lokasi sentra produksi kentang mempunyai karakteristik tersendiri sehingga diperlu¬kan metoda tertentu agar pesan (teknologi) itu mudah diteri¬ma. Dalam pada itu peranan penyuluh -pendamping sangat mutlak. Dengan penyuluh /pendamping yang berkualitas maka akan lebih mudah meyakinkan pesan yang diberikan kepada obyeknya.
Penyuluh sebagai pendamping usahatani hendaklah memenuhi persyaratan:
a) menguasai ilmu pengetahuan (IPTEK),
b) pandai bergaul meng¬hormati norma norma yang ada,
c) mempunyai tekad dan ideal¬isme yang tinggi untuk mensukseskan programnya.
Penyuluh hendaknya dapat dengan cepat mampu menganalisis situasi dan dapat membaca problema yang dihadapi oleh obyek dan segera mengambil langkah langkah untuk mengatasinya.
Pengambilan keputusan untuk menerima teknologi baru dilakukan oleh klien (petani) dengan cara individual atau berkelompok atau berdasarkan instruksi dari pejabat yang berwenang; bahkan oleh pemimpin non formal. Oleh karena itu perlu diper¬timbangkan saluran mana yang lebih efektif agar teknologi itu dapat segera diterima oleh klien (petani).
4. Instansi Terkait
1. Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar
a) Mengkoordinasikan dengan instansi terkait di daerah.
b) Penetapan lokasi lahan (dapat lahan tidur atau lahan milik petani gurem calon anggota KUBA, atau lahan milik perseorangan)
c) Pengadaan sarana dan prasarana antara lain Jalan menuju lokasi, Transportasi, Saluran air, dan lain lain
2. Kantor BRLKT Brantas
a) Pengadaan informasi mengenai Konservasi lahan
b) Membantu Pemilihan lokasi yang cocok dengan jenis tanaman
c) Budidaya /pengelolaan usahatani kentang rakyat
d) Pembinaan teknis
3. Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil & Menengah
a) Mengkoordinasikan perijinan pembentukan Koperasi kelompok tani
b) Membina Manajerial Koperasi Agribisnis
c) Pembinaan Manajerial perkreditan
4. Perguruan Tinggi
a) Bantuan tenaga sarjana baru sebagai pendamping/mitra usaha bagi KUBA
b) Bantuan teknis dan manajerial dalam pengelolaan usaha
c) Memfasilitasi forum komunikasi antar pihak ((FORKA) Forum Komunikasi Agribisnis) dalam pelaksanaan program
d) Membantu pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program.
5. Pengusaha Swasta
a. Menampung hasil produksi petani kentang
b. Pengolahan hasil panen kentang
c. Membantu alih teknologi/manajemen
d. Ikut Membina para petani/pengusaha
e. Bantuan pengadaan bibit
f. Melakukan ekspor atau pemasaran dalam negeri.
5. Strategi Pelaksanaan Kegiatan
Pokok-pokok kegiatan meliputi :
1. Tahap persiapan.
a) Inventarisasi, identifikasi dan registrasi sumberdaya di lokasi terpilih
b) Pembentukan forum komunikasi
c) Persiapan administrasi
2. Tahap Perencanaan:
a) Pemilihan Lokasi: Desa-desa lokasi; Rumah Tangga Petani (RTP), risalah lapangan dengan pemetaan sederhana
b) Penyusunan rencana Kegiatan (Konsep Agribisnis Rakyat dengan Komoditas Unggulan Kentang Cv G3 dan Genol)
c) Penyusunan Pedoman/JUKNIS/JUKLAK bagi pelaksanaan operasional di lapangan (Konsep mengenai Unit Usaha Otonom Agribisnis kentang, KUBA dan Pendampingan)
d) Penyiapan prakondisi: Penyuluhan dan penerangan masyarakat.
3. Tahap pelaksanaan
a) Sosialisasi (Konsep Kelompok Tani sebagai media Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Pedesaan)
b) Sosialisasi (Konsep Koperasi Kelompok Tani sebagai Lembaga Keuangan Bagi Kelompok Usaha Bersama Agribisnis Kentang)
c) DIKLAT (Konsep Pelatihan manajemen Agribisnis Komoditas Kentang oleh Dinas Terkait)
d) Penyiapan lapangan: Lahan, SDM, dan kelembagaan penunjang
e) Penyiapan/pengadaan material dan peralatan; bibit tanaman kentang
f) Penanaman tanaman (sesuai dengan rancangan)
g) Pemeliharaan komoditi tanaman kentang
h) Pengelolaan hasil panen: Sistem bagi hasil dan alih kelola.
4. Tahap pengawasan dan pengendalian
a) Forum komunikasi
b) Pendampingan dalam kerangka upaya pemberdayaan (Konsep Tenaga Pendamping KUBA kentang)
c) Pelaporan.
d) Perguliran
6. Lokasi
Lokasi kegiatan pengembangan perkebunan rakyat ini adalah di wilayah Kecamatan Salo, Kecamatan XIII Koto Kampar, dan Kecamatan Gunung Sahilan.
No. Kecamatan Desa Luas Jumlah Rumah Tangga (RTP) Komoditas Unggulan
1. Salo Siabu 20 Ha 469 Kentang G3 dan Genol
2. XII Koto Kampar Bukit Subaling 45 Ha 502 Kentang G3 dan Genol
3. Gunung Sahilan Gunung Sahilan 35 Ha 364 Kentang G3 dan Genol
Jumlah 100 Ha 1335
7. Komoditas
Komoditas unggulan dalam sistem Agribisnis Kentang rakyat yang akan dikem¬bangkan adalah:
(1). Komoditas Utama: tanaman kentang yaitu Cv. G3 dan Cv. Genol
(2). Komoditas Penunjang Sayuran: Bawang daun, selederi, Wortel, kubis bunga.
(3). Komoditas Penunjang palawija: Jagung, Kacang hijau.
8. Rancang-bangun Unit KSP Kentang G3 dan Genol
Unit KSP inti seluas 50 ha yang pengelolaannya dikoordinasikan oleh KOPONTREN dirancang dengan satu jenis komoditas unggulan kentang; didukung oleh tanaman penunjang (aneka sayuran) dan jagung, tanaman pagar kayu-kayuan atau hijauan. Pemilihan komoditi ini semuanya dilakukan dengan mempertimbangkan kesesuaian lahan, aspirasi masyarakat dan prospek pasarnya.
IV. METODE IMPLEMENTASI, POLA USAHA DAN PEMBINAAN
1. Strategi Implementasi
Kegiatan padat karya agribisnis ini dilakukan dengan menggu¬nakan pola Kemitraan pada Lahan lahan petani. Abstraksi pola ini adalah sbb:
Tahapan kegiatan: Program kegiatan ini dilakukan dengan serangkaiatan kegiatan yang dilakukan selama tiga tahun dan dikelompokkan menjadi 3 langkah, yakni:
Langkah I:
(a). Survei identifikasi tentang kendala dan pemetaan sumberdaya lahan di lokasi .
(b). Melakukan analisis kebutuhan informasi, material dan instrumental penunjang kegiatan agribisnis KOMODITAS Kentang.
Langkah II:Perekayasaan kelembagaan dan manajerial KUBA ; 2) Orientasi KUBA
Langkah III:
(1). Implementasi penanaman dan perawatan tanaman .
(2). Pengendalian, pemantauan dan evaluasi
TAHAPAN IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN KSP KENTANG
Langkah 1
PERSIAPAN DATABASE
a. Pemetaan Calon Lokasi
b. Identifikasi Wilayah Sasaran
c. Audiensi dengan Pamong dan Masyarakat
d. Pendataan/Sensus
e. Pembentukan Calon Organisasi/Kelembagaan KUBA
f. Pelatihan
Langkah 2
PERSIAPAN OPERASIONAL
a. Orientasi Manajerial KUBA
b. Persiapan Manajemen Administrasi dan Keuangan
c. Persiapan Lapangan/Lahan Usaha
d. Pemantauan/Peninjauan Lapangan
Langkah 3
PENYUSUNAN RENCANA KERJA USAHA AGRIBISNIS KOMODITAS KENTANG
INTI dan PLASMA
Langkah 4
OPERASIONAL TAHAP 1
a. Orientasi Teknis Budidaya
b. Pengadaan Material/Instrumental
c. Persiapan Lahan
d. Penanaman
e. Pengawasan
Langkah 5
OPERASIONAL TAHAP 2
a. Perawatan dan Pemeliharaan
b. Pengendalian dan Pemantauan
c. Berkelanjutan/Berkesinambungan
2. Monitoring dan Evaluasi
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh kegiatan yang telah dilakukan selama pembinaan, maka dilakukan 1) monitoring dan 2) evaluasi.
Monitoring adalah mengamati perkembangan dan kemajuan dari jauh melalui laporan aktivitas secara frekuentif dengan mencatat setiap kegiatan dan hasil hasil yang telah dicapai serta permasalahan yang terjadi.
Untuk mengetahui hasil dan monitoring dilakukan pencatatan harian (recording) harian dengan mengisi tabel berikut :
Tabel monitoring kegiatan Tahun 2000
No. Tanggal Jenis Kegiatan Keterangan: Hasil & Masalah
1. ....... ................ ..............................
2. ....... ................ ..............................
3. ....... ................ .............................
4. ....... ................ .............................
dst.
Recording ini diisi oleh koordinator KUBA setiap hari/ming¬guan yang kemudian secara frekuentif dilaporkan ke koordina¬tor yang kemudian diteruskan ke Penanggung jawab KUBA.
Dari hasil pengumpulan data, informasi dari monitoring kemud¬ian dianalisis selanjutnya dievaluasi, kemudian diadakan peninjauan lapangan untuk mengetahui keadaan sebenarnya. Tinjauan lapangan dilaksanakan secara periodik sesuai dengan kebutuhan, diupayakan lebih sering ke lapangan.