Minggu, 26 September 2010

DILEMA PENDIDIKAN DAN KEMISKINAN DI INDONESIA

Tingkat pendidikan di Indonesia begitu memprihatinkan. Fakta membuktikan bahwa hampir separuh warga Negara Indonesia tidak tamat pendidikan dasar 9 tahun. Apa kira-kira yang dapat mereka perbuat hanya dengan tingkat pendidikan mereka. Sejauh mana cakrawala mereka dapat melihat dunia ini.
Kemiskinan juga hal yang sangat penting yang perlu diperhatikan saat ini. Warga nagara Indonesia mayoritas berpendapatan rendah. Kemiskinan dapat membuat beberapa akses mereka terhambat. Bahkan kadang-kadang masih ada yang kebutuhan makan tidak terpenuhi. Ada yang tinggal di kolong jembatan.
Seperti yang kita ketahui bersama, Indonesia adalah Negara yang kaya akan sumber daya alam. Hampir semua kekayaan alam kita ada. Negara Timur Tengah bangga dengan minyak buminya, kita ada. Brunei Darussalam bangga dengan timahnya, kita punya. Ikan kita punya banyak. Barang tambang kita juga punya. Tumbuhan kita dimana saja, bahkan jika batang di lempar saja dapat tumbuh di bumi kita. Adakah semua itu termanfaatkan dengan baik ?
Yang kaya makin kaya, yang miskin tambah melarat. Mungkin itu kata yang paling buruk yang mewakili hati nurani. Bagaimana tidak, kenyataan yang berlaku begitu adanya. Seolah-olah ada jurang pemisah begitu tinggi yang membedakan mereka. Kemana kekayaan yang dimiliki bangsa ini ? Mana demokrasi Negara ini ?
Dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 telah disebutkan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Kenyataan yang terjadi belum sepenuhnya seperti yang tertera dalam UUD 1945. Masih banyak kekayaan nusantara yang hanya dinikmati oleh orang-orang tertentu saja. Ternyata persamaan di antara kita masih belum seutuhnya ditegakkan. Masih banyak orang yang hanya memikirkan dirinya, keluarganya, golongannya, dan sekutu-sekutunya.
Hubungan antara kemiskinan dan taraf pendidikan sangat penting. Alasannya simple saja, mengapa orang tidak dapat melanjutkan sekolah ? karena tidak punya uang. Mengapa bisa sampai tidak punya uang untuk sekolah ? karena orangtuanya tidak punya pendidikan sehingga tidak dapat meraih pekerjaan yang lebih layak.
Jika kita bandingkan dengan Negara-negara tetangga, Indonesia termasuk salah satu Negara yang tertinggal baik dari segi pendidikan maupun taraf ekonomi masyarakat. Boleh kita lihat Malaysia. Malaysia mungkin bukan termasuk Negara yang maju, akan tetapi bila kita bandingkan, Malaysia lebih baik dari pada Indonesia. Kita boleh belajar dari cara mereka untuk membangun ekonomi dan meningkatkan taraf pendidikan.
Saat ini di Negara Malaysia, hampir tidak ada masyarakatnya yang tidak bersekolah. Mayoritas penduduknya menyelesaikan pendidikan sekolah menengah. Mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah, mereka diberikan Cuma-Cuma. Bagi pelajar yang ingin melanjutkan sekolahnya ke Perguruan Tinggi, mereka memberikan pinjaman dengan suku bunga rendah. Sistem pengembalianya juga mudah yaitu setelah peminjam bekerja yang kemudian akan diangsur melalui pemotongan gaji. Sebuah keuntungan Bagi pelajar yang mendapatkan indek prestasi di atas 3,50 karena tidak perlu mengembalikan pinjaman.
Dengan cara seperti ini saya yakin akan lebih efektif dari pada beasiswa. Cara ini juga sangat berpihak pada masyarakat yang taraf ekonominya lemah. Bagi mereka yang taraf ekonominya menengah juga mendapat kesempatan untuk menggunakan uangnya untuk usaha. Bagi mereka yang berkecukupan juga boleh pinjam.
Sebenarnya beasiswa juga bisa efektif apabila tepat sasaran. Selama ini beasiswa terbagi menjadi dua, yaitu beasiswa prestasi dan beasiswa kurang mampu. Tetapi pengalaman menunjukkan ternyata beasiswa tidak tepat sasaran. Orang yang kerjanya seminggu sekali belanja di Mall justru mendapat beasiswa hanya karena anak seorang guru. Tetapi bagi mereka yang betul-betul membutuhkan tidak mendapat apa-apa karena tidak ada lobi.
Memang benar adanya jika pendidikan tidak menjamin kelayakan hidup. Tidak ada satu orangpun berani jamin tingginya tingkat pendidikan akan memperoleh jaminan pekerjaan yag baik. Tetapi setidaknya pendidikan adalah penunjang kedua setelah skill untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
Kemiskinan telah banyak merubah sifat seseorang. Orang akan lebih brutal dengan kemiskinannya. Hanya karena lapar terkadang orang nekat melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan. Ada yang lebih parah lagi, fakta mengatakan kemiskinan juga bisa membuat sebuah keluarga berantakan. Begitulah parahnya kemiskinan mengubah sesuatu.
Selama ini telah banyak kebijakan-kebijakan pemerintah dalam mengatasi kemiskinan dan pendidikan. Dalam mengatasi kemiskinan pemerintah telah memberikan bantuan modal bagi rakyat kecil, bantuan langsung tunai, dan perluasan lapangan kerja. Dalam meningkatkan pendidikan telah ada bantuan dana Biaya Operasional Sekolah, beasiswa kurang mampu, beasiswa prestasi, dan mungkin masih banyak lagi. Tetapi sepertinya belum juga maksimal, bahkan masih banyak rakyat miskin di Indonesia. Masih banyak anak-anak orang miskin yang tidak dapat bersekolah. Mengapa ?
Sebenarnya program bantuan peluang kerja merupakan kebijakan yang lebih baik dari pada program kesejahteraan atau bantuan langsung yang lain jika syarat-syarat sebagai berikut ini dipenuhi :
a) Program tersebut tidak mengurangi atau menghalangi dorongan atau kesempatan bagi penduduk miskin untuk mendapatkan pendidikan dan asset-asset lain
b) Terdapat manfaat neto yang lebih besar atas output pekerjaan yang dihasilkan oleh program tersebut
c) Tanpa keharusan untuk bekerja, akan sulit untuk menyaring orang-orang yang tidak mampu dengan orang yang tidak membutuhkan bantuan
d) Terdapat biaya oportunitas waktu yang lebih rendah bagi orang-orang miskin dan sebaliknya biaya oportunitas waktu yang lebih tinggi bagi orang yang mampu
e) Partisipasi dalam program bantuan tenaga kerja ini tidak menimbulkan konotasi yang jelek, sehingga kaum miskin tidak merasa terhina atau bahkan rendah diri dalam mendapatkan bantuan yang dibutuhkan keluarganya.
Seperti yang dikatakan oleh James Speth dalam bukunya Human Development Report, 1997. “kemiskinan bukan lagi masalah yang tidak dapat dielakan. Dunia begitu banyak memiliki sumber daya materil dan alam, pengetahuan dan pengalaman, serta manusia untuk menciptakan sebuah dunia yang bebas kemiskinan dalam jangka waktu kurang dari satu generasi. Hal ini bukanlah sebuah idialisme maya, namun sebuah tujuan yang praktis dan dapat di capai.

Oleh Hari Wahyudi

1 komentar:

  1. seharusnya pemerintah lebih mengutamakan pendidikan karena pendidikan adalah pondasi kemajuan bangsa....

    BalasHapus